Mei 20, 2013

PERAN KERIS DALAM SEJARAH


PERAN KERIS DALAM  SEJARAH




               Keris adalah salah satu senjata adat   suku –suku bangsa  di  Nusantara , yang merupakan senjata penusuk jarak pendek dikenal dan dipakai oleh  sebagian masyarakat  di Asia Tenggara . Keris merupakan senjata penusuk yang dimuliakan , dihormati bahkan dianggap keramat.  Tidak hanya  suku bangsa di Indonesia , juga bangsa lain di sebagian Asia Tenggara  juga mengenal dan memakainya. Misalnya saja bangsa  Malaysia , Brunai , Sabah ,  Tailand , Kamboja , Laos, Suku Moro di Pilliphina Selatan  juga mengenal atau memakai Keris . ( Karsten Sejr Jensen  , 1998  , 5 -7 . )

               
          Selain senjata penusuk , keris merupakan benda yang berfungsi sebagai senjata yang dianggap mempunai daya magis , benda Pusaka , sebagai benda kehormatan, sebagai benda sejarah , sebagai benda komoditi perdagangan , sebagai symbol , sebagai tanda kehormatan ,  sebagai benda pelengkap upacara , dan sebagai benda pelengkap busana . ( Garret 7 Bronwen Solyom , 1987 . 12. ).
                
              Bagaimana kedudukan keris keris dalam sejarah bangsa , tidak dapat dipungkiri lagi , dalam ceritera , babad maupun sejarah modern , keris banyak berfungsi sebagai  obyek  sejarah , bahkan keris kadang- kadangdapat menjadi benda penentu sejarah . ( Surono , 1979, 2 . )
                  
 Keris selalu muncul dalam  legenda , ceritera tutur atau oral tradisi , babad atau sejarah tradisi , sampai pada sejarah modern . Ternyata  bila dicari   dalam ceritera tutur atau penulisan sejarah , keterangan mengenai keris  banyak yang dapat diketahui .seperti misalnya dalam ceritera legenda Ajisaka , Pararaton , Babad Tanah Jawi sampai penulisan  sejarah modern De Graaf,  perang Diponegoro .  Bahkan keris masih juga hadir dalam masyarakat modern masa kemerdekaan  contohnya  panglima besar besar Soedirman dan Bung Karno ., sampai kepada pak Harto.


Ceritera Jawa yang paling tua, yaitu Serat Ajisaka , walaupun ini masih merupakan ceritera tutur yang bersifat legenda menghadirkan keterangan tentang keris . Pada masa Sang Aji Saka telah menjadi raja menguasai tanah Jawa , maka berkenan mengambil pusaka keris yang ditinggalkan di Gunung Kendil., Keris itu dibawa  dan dikuasakan kepada abdinya yang bernama Sambada . Sang Ajisaka  mengutus abdinya yang bernama Dora untuk mengambil pusaka keris itu. Setelah sampai  di Gunung Kendhil , Sambada tidak mau memberikan keris pusaka itu , karena dia mendapat pesan dari Sang Ajisaka , bahwa keris itu tidak boleh diberikan kepada siapapapun kecuali sang Aji saka . Maka terjadi percekcokan meningkat menjadi perkelahian , dua abdi tersebut mati bersama. Sang  Aji saka telah menunggu lama tetapi utusannya tak kunjung datang, kemudian menyusul ke Gunung Kendhil .  Ajisaka  kemudian merasa berdosa karena mati bersama 
( sampyuh )  maka sebagai peringatan akan dosana diciptakan aksara yang kelak kemudian menjadi huruf   Jawa , ha, na, ca , ra , ka .  da ,ta, sa, wa, la . Pa, da, ja,   ya , nya .   ma, ga, ba, tha, nga .
Artinya  :  ada utusan , sama –sama berkelahi  , sama - sama saktinya  , sama- sama menjadi bangkai . ( Serat Ajisaka ,  N.D.  halaman 9 –34  ) .
Walaupun serat Ajisaka ini merupakan legenda atau ceritera tutur , tetapi cerita ini sampai masa sekarang masih menjadi  dasar pandangan masyarakat Jawa atau Bali , ini merupakan  mantifac  atau facta mental yang masih hidup dalam kehidupan masyarakat sampai masa sekarang .

Ceritera dari Babad Tanah Jawi  menyebutkan bahwa Ciung Wanara setelah dewasa  diserahkan oleh Ki Buyut  untuk mengabdi pada pandai besi istana , setelah tahu cara kerja pandai besi kemudian membuat banyak senjata keris, pedang , kudi , kujang .  Kemudian Ciung Wanara membuat tempat tidur kantil yang dibuat dengan terali besi , yang dinamakan Balai Sawo .  Setelah itu Ciung Wanara mengabdi pada raja Pajajaran  Arya Bangah .   Karena banyak berjasa Ciung wanara dianugerahi nama Banyak Wide . Kelak  dengan  tempat tidur berterali besi ini dapat membalas dendamnya kepada raja Pajajaran Arya Bangah . yang kemudian dihanyutkan kesungai Karawang . Ciung Wanara menjadi raja besar di Pajajaran , begelar Harya Banyak Wide .  Kemudian berperang dengan adik Arya Bangah yang bernama Jaka Sesuruh . Jaka Sesuruh yang kalah melarikan diri  dari Pajajaran menuju ke Jawa Timur . ( Babad Tanah Jawi ,  Sudibyo   ZH , 1980 , 17 –24. ).
Dalam serat -serat Panji  yang terdiri atas beberapa versi , Panji Inu Kertapati Pangeran dari Kerajaan Jenggala yang kemudian menjadi  raja dan dapat menjatukan  kerajaan Jenggala dan  kerajaan Kediri, setelah menjadi raja bergelar Kameswara , adalah seorang yang pandai  mengolah curiga , atau bermain silat dengan keris. Walaupun ceritera ini sekedar hanya sastra sejarah , atau ceritera tutur ,  ceritera Panji  pangeran dari Panjalu ini masa lampau menjadi suri tauladan dan menjiwai kehidupan masyarakat Jawa  yang agraris feodal . Ceritera Panji ini bahkan tersiar sampai Vietnam dan Kamboja . (  Poerbotjaroko , 1969 , 4 . ) .

Dalam masa kerajaan di Jawa Timur dari masa Kediri sampai Singhasari sejarah keris tampak kelam , tetapi diketahui  bahwa akibat adanya  kepercayaan baru yaitu Tantrayana , keris  pada masa itu berkembang mencapai bentuknya . Keris yang tadinya berbentuk gemuk pendek berbadan lebar cenderung seperti keris Budha  atau Katga pada masa ini berubah ramping walaupun uga masihtampak dempakdan sangkuk  . Contohnya keris- keris Jenggala  dan Singhasari , dalam relief di Candi  Panataran , keris sudah lebih ramping bentuknya , ( Wawancara dengan Suprapto Suryodarmo  1986 . ).
                      Baru dalam kitab Pararaton didapatkan  keterangan yang  luar biasa  tentang keris . Kemelut Tumapel  dengan tokoh   Ken Angrok  seorang  rakyat jelata anak Ken Endog  yang dipercaya titisan Dewa Brahma ,  membuat sejarah besar . Kitab  Pararaton memberi keterangan yang banyak tentang keris. Karena Ken Angrok  jatuh cinta dengan Ken Dedes , wanita yang secara paksa menjadi istri Akuwu Tunggul Ametung . Untuk membunuh tunggul Ametung Ken Angrok memesan keris sakti kepada Empu Gandring, Keris Empu Gandring kemudian mulai memakan korban , pertama adalah Empu Gandring , kemudian Tunggul Ametung , Keboijo , Ken Anggrok sendiri , Panji Anusapati , Panji Tohjaya, dan Ranggawuni , Jadi keris Empu Gandring, telah memakan  tujuh korban diantaranya Ken Angrok sendiri dan keturunanya . Tetapi  Ken Angrok sendiri telah berhasil merebut Kerajaan Singhasari , yang  kelak kemudian keturunanya akan meneruskan menjadi raja- raja sesudahnya . Oleh sebab kitab yang memuat ceritera itu disebut kitab Pararaton . Dalam peristiwa ini keris yang merupakan senjata penusuk berperan serta dalam penentuan sejarah .   Serat pararaton    yang menghebohkan ini ditemukan ditulis pada keropak atau Ron Tal dalam bahasa kawi . Ceritera ini menjadi penelitian  sarjana Belanda  yang bernama Brandes , dan pernah diterjemahkan dalam bahasa Belanda (  Mangkudimedjo , 1979 ,25. ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar