PERAN KERIS DALAM SEJARAH
Keris adalah salah satu senjata
adat suku –suku bangsa di
Nusantara , yang merupakan senjata penusuk jarak pendek dikenal dan
dipakai oleh sebagian masyarakat di Asia Tenggara . Keris merupakan senjata
penusuk yang dimuliakan , dihormati bahkan dianggap keramat. Tidak hanya
suku bangsa di Indonesia , juga bangsa lain di sebagian Asia Tenggara juga mengenal dan memakainya.
Misalnya saja bangsa Malaysia , Brunai ,
Sabah , Tailand , Kamboja , Laos, Suku
Moro di Pilliphina Selatan juga mengenal
atau memakai Keris . ( Karsten Sejr Jensen
, 1998 , 5 -7 . )
Selain senjata penusuk , keris
merupakan benda yang berfungsi sebagai senjata yang dianggap mempunai daya
magis , benda Pusaka , sebagai benda kehormatan, sebagai benda sejarah ,
sebagai benda komoditi perdagangan , sebagai symbol , sebagai tanda kehormatan
, sebagai benda pelengkap upacara , dan
sebagai benda pelengkap busana . ( Garret 7 Bronwen Solyom , 1987 . 12. ).
Bagaimana kedudukan keris keris
dalam sejarah bangsa , tidak dapat dipungkiri lagi , dalam ceritera , babad
maupun sejarah modern , keris banyak berfungsi sebagai obyek
sejarah , bahkan keris kadang- kadangdapat menjadi benda penentu sejarah
. ( Surono , 1979, 2 . )
Keris selalu muncul dalam legenda , ceritera tutur atau oral tradisi ,
babad atau sejarah tradisi , sampai pada sejarah modern . Ternyata bila dicari
dalam ceritera tutur atau penulisan sejarah , keterangan mengenai
keris banyak yang dapat diketahui
.seperti misalnya dalam ceritera legenda Ajisaka , Pararaton , Babad Tanah Jawi
sampai penulisan sejarah modern De
Graaf, perang Diponegoro . Bahkan keris masih juga hadir dalam
masyarakat modern masa kemerdekaan
contohnya panglima besar besar
Soedirman dan Bung Karno ., sampai kepada pak Harto.
Ceritera Jawa
yang paling tua, yaitu Serat Ajisaka , walaupun ini masih merupakan ceritera
tutur yang bersifat legenda menghadirkan keterangan tentang keris . Pada masa
Sang Aji Saka telah menjadi raja menguasai tanah Jawa , maka berkenan mengambil
pusaka keris yang ditinggalkan di Gunung Kendil., Keris itu dibawa dan dikuasakan kepada abdinya yang bernama
Sambada . Sang Ajisaka mengutus abdinya
yang bernama Dora untuk mengambil pusaka keris itu. Setelah sampai di Gunung Kendhil , Sambada tidak mau
memberikan keris pusaka itu , karena dia mendapat pesan dari Sang Ajisaka ,
bahwa keris itu tidak boleh diberikan kepada siapapapun kecuali sang Aji saka .
Maka terjadi percekcokan meningkat menjadi perkelahian , dua abdi tersebut mati
bersama. Sang Aji saka telah menunggu
lama tetapi utusannya tak kunjung datang, kemudian menyusul ke Gunung Kendhil
. Ajisaka kemudian merasa berdosa karena mati
bersama
( sampyuh ) maka sebagai peringatan akan dosana
diciptakan aksara yang kelak kemudian menjadi huruf Jawa , ha, na, ca , ra , ka . da ,ta, sa, wa, la . Pa, da, ja, ya , nya .
ma, ga, ba, tha, nga .
Artinya : ada
utusan , sama –sama berkelahi , sama -
sama saktinya , sama- sama menjadi
bangkai . ( Serat Ajisaka , N.D. halaman 9 –34
) .
Walaupun serat
Ajisaka ini merupakan legenda atau ceritera tutur , tetapi cerita ini sampai
masa sekarang masih menjadi dasar
pandangan masyarakat Jawa atau Bali , ini merupakan mantifac atau facta mental yang masih hidup dalam
kehidupan masyarakat sampai masa sekarang .
Ceritera dari
Babad Tanah Jawi menyebutkan bahwa Ciung
Wanara setelah dewasa diserahkan oleh Ki
Buyut untuk mengabdi pada pandai besi
istana , setelah tahu cara kerja pandai besi kemudian membuat banyak senjata
keris, pedang , kudi , kujang . Kemudian
Ciung Wanara membuat tempat tidur kantil yang dibuat dengan terali besi , yang
dinamakan Balai Sawo . Setelah itu Ciung
Wanara mengabdi pada raja Pajajaran Arya
Bangah . Karena banyak berjasa Ciung
wanara dianugerahi nama Banyak Wide . Kelak
dengan tempat tidur berterali
besi ini dapat membalas dendamnya kepada raja Pajajaran Arya Bangah . yang
kemudian dihanyutkan kesungai Karawang . Ciung Wanara menjadi raja besar di
Pajajaran , begelar Harya Banyak Wide .
Kemudian berperang dengan adik Arya Bangah yang bernama Jaka Sesuruh .
Jaka Sesuruh yang kalah melarikan diri
dari Pajajaran menuju ke Jawa Timur . ( Babad Tanah Jawi , Sudibyo
ZH , 1980 , 17 –24. ).
Dalam serat
-serat Panji yang terdiri atas beberapa
versi , Panji Inu Kertapati Pangeran dari Kerajaan Jenggala yang kemudian
menjadi raja dan dapat menjatukan kerajaan Jenggala dan kerajaan Kediri, setelah menjadi raja
bergelar Kameswara , adalah seorang yang pandai
mengolah curiga , atau bermain silat dengan keris. Walaupun ceritera ini
sekedar hanya sastra sejarah , atau ceritera tutur , ceritera Panji pangeran dari Panjalu ini masa lampau menjadi
suri tauladan dan menjiwai kehidupan masyarakat Jawa yang agraris feodal . Ceritera Panji ini
bahkan tersiar sampai Vietnam dan Kamboja . (
Poerbotjaroko , 1969 , 4 . ) .
Dalam masa
kerajaan di Jawa Timur dari masa Kediri sampai Singhasari sejarah keris tampak
kelam , tetapi diketahui bahwa akibat
adanya kepercayaan baru yaitu Tantrayana
, keris pada masa itu berkembang
mencapai bentuknya . Keris yang tadinya berbentuk gemuk pendek berbadan lebar
cenderung seperti keris Budha atau Katga
pada masa ini berubah ramping walaupun uga masihtampak dempakdan sangkuk . Contohnya keris- keris Jenggala dan Singhasari , dalam relief di Candi Panataran , keris sudah lebih ramping
bentuknya , ( Wawancara dengan Suprapto Suryodarmo 1986 . ).
Baru dalam kitab
Pararaton didapatkan keterangan yang luar biasa
tentang keris . Kemelut Tumapel
dengan tokoh Ken Angrok seorang
rakyat jelata anak Ken Endog yang
dipercaya titisan Dewa Brahma , membuat
sejarah besar . Kitab Pararaton memberi
keterangan yang banyak tentang keris. Karena Ken Angrok jatuh cinta dengan Ken Dedes , wanita yang
secara paksa menjadi istri Akuwu Tunggul Ametung . Untuk membunuh tunggul
Ametung Ken Angrok memesan keris sakti kepada Empu Gandring, Keris Empu
Gandring kemudian mulai memakan korban , pertama adalah Empu Gandring ,
kemudian Tunggul Ametung , Keboijo , Ken Anggrok sendiri , Panji Anusapati ,
Panji Tohjaya, dan Ranggawuni , Jadi keris Empu Gandring, telah memakan tujuh korban diantaranya Ken Angrok sendiri
dan keturunanya . Tetapi Ken Angrok
sendiri telah berhasil merebut Kerajaan Singhasari , yang kelak kemudian keturunanya akan meneruskan
menjadi raja- raja sesudahnya . Oleh sebab kitab yang memuat ceritera itu
disebut kitab Pararaton . Dalam peristiwa ini keris yang merupakan senjata
penusuk berperan serta dalam penentuan sejarah . Serat pararaton yang menghebohkan ini ditemukan ditulis
pada keropak atau Ron Tal dalam bahasa kawi . Ceritera ini menjadi penelitian sarjana Belanda yang bernama Brandes , dan pernah
diterjemahkan dalam bahasa Belanda ( Mangkudimedjo , 1979 ,25. ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar