April 30, 2013


Pengertian panning (Daftar Istilah Fotografi L-R) adalah teknik dalam fotografi untuk memberikan kesan gerak, Pada teknik panning ini ojek utama (fokus)-nya adalah benda bergerak, dengan latar belakang (background) blur atau terkesan bergerak (motion).

Berbekal tips dari
 Mark Wallace di situs Adorama, saya mencoba memotret tiga objek berbeda yang kecepatan geraknya juga berbeda. Berikut tips-nya:

1. Gunakan
 Shutter Priority Mode, ini berhubungan dengan tips berikutnya,
2. Atur kecepatan rana (shutter speed) yang lambat (slow speed) antara 1/10 - 1/40sec. Sesuaikan dengan kecepatan objek. Seperti kecepatan pada delman, sepeda dan gokart, semakin cepat objek gunakan
 shutter speed yang lebih cepat.
3.
 Focus Mode, gunakan Continuous-servo Auto Focus, tentunya karena objek yang akan kita foto adalah benda bergerak.
4.
 AF-area Mode, gunakan Center Auto Focus Point / Single-point AF
5. Idealnya potretlah subjek saat berada
 tepat di depan kamera,
6. Tips ini agak kontradiktif dengan no.5, tapi menurut saya merupakan ide yang bagus untuk berlatih pada awalnya. Gunakan
 Continuous Drive Mode, untuk mendapatkan frame yang terbaik.


Dalam melakukan teknik panning, untuk mendapatkan kesan gerak (motion blur) pemotretan dilakukan secara horizontal (objek bergerak dari kanan ke kiri atau sebaliknya), efek motion blur ini tidak akan didapatkan / tidak maksimal hasilnya untuk objek yang bergerak dari arah depan mendekati posisi kita atau sebaliknya menjauhi kita. Pada contoh foto, objek bergerak dari kanan ke kiri.

Dengan pengaturan kamera di atas,
1. Tekan setengah tombol rana (shutter button) untuk melakukan fokusing pada objek saat masih berada di sisi kanan
2. Pada posisi fokusing tersebut (tetap tekan setengah tombol
 shutter), ikuti pergerakan objek dari kanan ke kiri, seirama dengan kecepatannya.
3. Saat objek tepat berada di depan kita, tekan penuh tombol
 shutter.
4. Lihat hasilnya, jika objek bergerak masih belum terlihat tajam (blur), kemungkinan besar saat menekan tombol
 shutter terjadi gerakan mendadak yang menimbulkan shake (goyang) pada kamera.      



��u (IО!daya tarik dan memudahkan pembaca mengenal lokasi atau posisi kejadian.
6.      Untuk menamba variasi atau daya tarik lain, bisa memotret dengan gaya ’frog eyes’ atau ’bird view’
Gunakan penerangan alami atau bounced flashlight (sinar blitz yang dipantulkan ke langit-langit). Kalau bisa hindari penggunaan lampu kilat langsung.
Usahakan untuk menunjukkan situasi beritanya, kalau mungkin.
              Namun sukses surat kabar dalam menyajikan gambar lebih banyak bergantung kepada editor fotonya yang memberi  perintah (assignment) kepada fotografer dan memilih foto-foto yang masuk di mejanya, dan melakukan cropping kalau perlu.

Foto yang sukses
            Batasan sukses atau tidaknya sebuah foto jurnalistik tergantung pada persiapan yang matang dan kerja keras bukan pada keberuntungan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada foto yang merupakan hasil dari Tetapi seorang jurnalis profesional adalah seorang jurnalis yang melakukan riset terhadap subjek,mampu menetukan peristiwa potensial dan foto seperti apa yang akan mendukungnya (antisipasi). Itu semua sangat penting mengingat suatu moment yang baik hanya berlangsung sekian detik dan mustahil untuk diulang kembali,Etika, empati, nurani merupakan hal yang amat penting dan sebuah nilai lebih yang ada dalam diri jurnalis foto,Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa memanipulasi foto tersebut.
Foto jurnalistik terbagi menjadi beberapa bagian:
1. Spot news : Foto-foto insidential/ tanpa perencanaan. (ex: foto bencana, kerusuhan, dll).
2.General news : Foto yang terencana (ex : foto SU MPR, foto olahraga).
3.Foto Feature : Foto untuk mendukung suatu artikel.
4.Esai Foto : Kumpulan beberapa foto yang dapat bercerita.

Dasar kelahiran pertumbuhan jurnalistik foto, menurut Soelarko ditentukan oleh tiga faktor:
1. Rasa ingin tahu manusia, yang merupakan naluri dasar, yang menjadi wahana kemajuan.
2. Pertumbuhan media massa sebagai media audio visual, yang memuat tulisan (atau uraian                         mulut) dan gambar (termasuk gambar yang hidup).
3. Kemajuan teknologi, yang memungkinkan terciptanya kemajuan fotografi dengan pesat (termasuk perfilm-an dan video untuk pemberitaan)
               Dalam dunia jurnalistik, foto merupakan kebutuhan yang vital. Sebab foto merupakan salah satu daya pemikat bagi para pembacanya. Selain itu, foto merupakan pelengkap dari berita tulis. Penggabungan keduanya, kata-kata dan gambar, selain menjadi lebih teliti dan sesuai dengan kenyataan dari sebuah peristiwa, juga seolah mengikutsertakan pembaca sebagai saksi dari peristiwa tersebut,Kelebihan dari sebuah foto sebagai medium komunikasi visual menjadikan lebih mudah dipahami dari pada tulisan yang membutuhkan tenaga dan pikiran.
Oscar Motuloh, fotografer dan supervisor biro foto Antara
“… Seorang jurnalis foto tidak sekedar menampilkan kekerasan dan darah tetapi juga merekam peristiwa-peristiwa di sekitar kita yang menarik untuk diabadikan, foto jurnalistik dan foto dokumentasi mempunyai dasar yang sama, keduanya berdasarkan realitas kehidupan. Keduanya hanya dibatasi oleh suatu garis yang tipis yaitu dipublikasikan atau tidak. Foto jurnalistik dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu spot dan feature. Foto spot lebih bersifat berita, sedangkan foto feature memberi informasi yang tidak mudah basi, seperti essay foto yang banyak terdapat di majalah National Geographic dan keduanya berkembang pesat.”
Hendro Subroto, wartawan perang senior
“… foto jurnalistik harus bisa menceritakan kejadian sehingga tidak banyak komentar pun orang sudah tahu cerita fotonya foto itu dan yang terpenting dalam foto jurnalistik adalah moment”
DEFINISI


              Jurnalistik berasal dari bahasa Belanda “Journalistich” atau dalam bahasa Inggris “Journalism” yang bersumber dari bahasa Perancis “Journal”, asal kata dari “Jour” yang berarti hari. Jadi journal berarti catatan harian,Journalistich berarti pengetahuan tentang penyiaran catatan harian dengan segala aspeknya, meliputi : mencari, mengolah, sampai kepada menyebarluaskan catatan harian tersebut. Dan yang disebarluaskan itu adalah apa yang biasa kita sebut sebagai berita,
Menurut Prof. Mitchel V. Charnley :
“News is timely report a fact or opinion of either interest or important or both to a considerable number of people”
(Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang penting atau menarik minat, atau keduanya bagi sejumlah besar orang.)

Fungsi jurnalistik :
• menyiarkan informasi
• mendidik
• menghibur
• mempengaruhi
Ciri-ciri surat kabar dan majalah :
• Universalitas
• Aktualitas
• Periodisitas
• Publisitas
Fotografi oleh pers disebut jurnalistik foto (Journalism Photography), dan foto-foto yang dihasilkan untuk Pemberitaan disebut foto berita (press foto atau news foto).

Fotografi Jusnalistik sebagai Media Komunikasi


Fotografi Jusnalistik sebagai Media Komunikasi
Pendahuluan


               Fotografi jurnalistik muncul dan berkembang di dunia sudah lama sekali, tetapi lain halnya dengan di Indonesia, foto pertama yang di buat oleh seorang warga negara Indonesia terjadi pada detik-detik ketika bangsa ini berhasil melepaskan diri dari belenggu rantai penjajahan. Alex Mendur (1907-1984) yang bekerja sebagai kepala foto kantor berita Jepang Domei, dan adiknya sendiri Frans Soemarto Mendur (1913-1971), mengabadikan peristiwa pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia dengan kamera Leica, dan pada saat itulah pada pukul 10 pagi tanggal 17 Agustus 1945 foto jurnalis Indonesia lahir.
Fotografi Jurnalistik
            Definisi fotografi dapat diketahui dengan menyimpulkan ciri-ciri yang melekat pada foto yang dihasilkan.
Ciri-ciri foto jurnalis:
1.Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri.
2.Melengkapi suatu berita/artikel.
3.Dimuat dalam suatu media.
                Sebuah foto dapat berdiri sendiri, tapi jurnalistik tanpa foto rasanya kurang lengkap, mengapa foto begitu penting ?, karena foto merupakan salah satu media visual untuk merekam/mengabadikan atau menceritakan suatu peristiwa.
Semua foto pada dasarnya adalah dokumentasi dan foto jurnalistik adalah bagian dari foto dokumentasi (Kartono Ryadi, Editor foto harian Kompas). Perbedaan foto jurnalis adalah terletak pada pilihan, membuat foto jurnalis berarti memilih foto mana yang cocok. ( ex: di dalam peristiwa pernikahan, dokumentasi berarti mengambil/memfoto seluruh peristiwa dari mulai penerimaan tamu sampai selesai, tapi seorang wartawan foto hanya mengambil yang menarik, apakah public figure atau saat pemotongan tumpeng saat tumpengnya jatuh, khan menarik) hal lain yang membedakan antara foto dokumentasi dengan foto jurnalis hanya terbatas pada apakah foto itu dipublikasikan (media massa) atau tidak.
Nilai suatu foto ditentukan oleh beberapa unsur:
1. Aktualitas.
2. Berhubungan dengan berita.
3. Kejadian luar biasa.
4. Promosi.
5. Kepentingan.
6. Human Interest.
7. Universal.

Syarat umum untuk membuat foto berita dengan baik adalah:
  • Memiliki pengetahuan konspesional;mempersoalkan isi (picture content, news content)
·         Memiliki  keterampilan teknis: mempersoalkan penyajian teknis yang matang secara fotografi.
                Foto-foto yang dimuat dalam surat kabar memang tidak selalu menggambarkan suatu peristiwa atau berita (newsphoto), melainkan bisa juga bersifat ilustratif, yaitu bisa berdiri sendiri atau menyertai suatu artikel, termasuk di dalamnya adalah foto-foto yang bersifat ‘human interest’ (menarik perhatian dan membangkitkan kesan). Foto-foto yang dimuat dalam surat kabar itu secara ‘salah kaprah’ biasa disebut sebagai foto jurnalistik, artinya foto yang dihasilkan oleh kerja jurnalis (wartawan)  di lapangan.
                 Suatu foto memang tidak bisa melukiskan keterangan-keterangan verbal yang diperoleh wartawan di lapangan, tapi dengan kemampuan visualisasi yang disuguhkan, sebuah foto bisa mengungkapkan pandangan mata yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Berbeda dengan berita tulis di mana wartawan bisa secara tidak sengaja memasukkan subjektivitas yang bisa memengaruhi opini. Dengan foto akan memperkecil subjektivitas tersebut.Kepada pembaca disuguhkan secara visual apa adanya. Pembaca akan memberi penafsiran terhadap foto tersebut; yang tentu saja satu dengan lainnya bisa berbeda. Maka tidaklah salah ungkapan “one picture is worth one thousand words”
Petunjuk Praktis
                  Untuk wartawan foto atau calon, Kenneth Blume, seorang wartawan foto dan penulis pada harian ‘Courier-Crecent’ (Ohio, AS) memberi penegasan, bahwa gambar yang baik pada surat kabar adalah yang segera menarik perhatian pembacanya. Berdasar pengalamannya dia memberikan petunjuk praktis bagaimana sebaiknya membuat foto berita itu.
1.      Usahakan tidak menampilkan lebih dari lima orang dalam satu gambar.
2.      Biarkan gambar kelihatan natural (alami/apa adanya), jangan dibuat-buat atau direkayasa.
3.      Lebih baik menghabiskan banyak frame untuk memungkinkan banyak pilihan dari pada tidak mendapat gambar yang baik.
4.      Usahakan tidak memuat gambar ”police line up” (beberapa orang disejajarkan menghadap lensa dengan latar belakang tembok kosong).
5.      Gunakan background atau latar keliling untuk menambah daya tarik dan memudahkan pembaca mengenal lokasi atau posisi kejadian.
6.      Untuk menamba variasi atau daya tarik lain, bisa memotret dengan gaya ’frog eyes’ atau ’bird view’
Gunakan penerangan alami atau bounced flashlight (sinar blitz yang dipantulkan ke langit-langit). Kalau bisa hindari penggunaan lampu kilat langsung.
Usahakan untuk menunjukkan situasi beritanya, kalau mungkin.
              Namun sukses surat kabar dalam menyajikan gambar lebih banyak bergantung kepada editor fotonya yang memberi  perintah (assignment) kepada fotografer dan memilih foto-foto yang masuk di mejanya, dan melakukan cropping kalau perlu.

Foto yang sukses
            Batasan sukses atau tidaknya sebuah foto jurnalistik tergantung pada persiapan yang matang dan kerja keras bukan pada keberuntungan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada foto yang merupakan hasil dari Tetapi seorang jurnalis profesional adalah seorang jurnalis yang melakukan riset terhadap subjek,mampu menetukan peristiwa potensial dan foto seperti apa yang akan mendukungnya (antisipasi). Itu semua sangat penting mengingat suatu moment yang baik hanya berlangsung sekian detik dan mustahil untuk diulang kembali,Etika, empati, nurani merupakan hal yang amat penting dan sebuah nilai lebih yang ada dalam diri jurnalis foto,Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa memanipulasi foto tersebut.
Foto jurnalistik terbagi menjadi beberapa bagian:
1. Spot news : Foto-foto insidential/ tanpa perencanaan. (ex: foto bencana, kerusuhan, dll).
2.General news : Foto yang terencana (ex : foto SU MPR, foto olahraga).
3.Foto Feature : Foto untuk mendukung suatu artikel.
4.Esai Foto : Kumpulan beberapa foto yang dapat bercerita.

Dasar kelahiran pertumbuhan jurnalistik foto, menurut Soelarko ditentukan oleh tiga faktor:
1. Rasa ingin tahu manusia, yang merupakan naluri dasar, yang menjadi wahana kemajuan.
2. Pertumbuhan media massa sebagai media audio visual, yang memuat tulisan (atau uraian                         mulut) dan gambar (termasuk gambar yang hidup).
3. Kemajuan teknologi, yang memungkinkan terciptanya kemajuan fotografi dengan pesat (termasuk perfilm-an dan video untuk pemberitaan)
               Dalam dunia jurnalistik, foto merupakan kebutuhan yang vital. Sebab foto merupakan salah satu daya pemikat bagi para pembacanya. Selain itu, foto merupakan pelengkap dari berita tulis. Penggabungan keduanya, kata-kata dan gambar, selain menjadi lebih teliti dan sesuai dengan kenyataan dari sebuah peristiwa, juga seolah mengikutsertakan pembaca sebagai saksi dari peristiwa tersebut,Kelebihan dari sebuah foto sebagai medium komunikasi visual menjadikan lebih mudah dipahami dari pada tulisan yang membutuhkan tenaga dan pikiran.
Oscar Motuloh, fotografer dan supervisor biro foto Antara
“… Seorang jurnalis foto tidak sekedar menampilkan kekerasan dan darah tetapi juga merekam peristiwa-peristiwa di sekitar kita yang menarik untuk diabadikan, foto jurnalistik dan foto dokumentasi mempunyai dasar yang sama, keduanya berdasarkan realitas kehidupan. Keduanya hanya dibatasi oleh suatu garis yang tipis yaitu dipublikasikan atau tidak. Foto jurnalistik dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu spot dan feature. Foto spot lebih bersifat berita, sedangkan foto feature memberi informasi yang tidak mudah basi, seperti essay foto yang banyak terdapat di majalah National Geographic dan keduanya berkembang pesat.”
Hendro Subroto, wartawan perang senior
“… foto jurnalistik harus bisa menceritakan kejadian sehingga tidak banyak komentar pun orang sudah tahu cerita fotonya foto itu dan yang terpenting dalam foto jurnalistik adalah moment”
DEFINISI


              Jurnalistik berasal dari bahasa Belanda “Journalistich” atau dalam bahasa Inggris “Journalism” yang bersumber dari bahasa Perancis “Journal”, asal kata dari “Jour” yang berarti hari. Jadi journal berarti catatan harian,Journalistich berarti pengetahuan tentang penyiaran catatan harian dengan segala aspeknya, meliputi : mencari, mengolah, sampai kepada menyebarluaskan catatan harian tersebut. Dan yang disebarluaskan itu adalah apa yang biasa kita sebut sebagai berita,
Menurut Prof. Mitchel V. Charnley :
“News is timely report a fact or opinion of either interest or important or both to a considerable number of people”
(Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang penting atau menarik minat, atau keduanya bagi sejumlah besar orang.)

Fungsi jurnalistik :
• menyiarkan informasi
• mendidik
• menghibur
• mempengaruhi
Ciri-ciri surat kabar dan majalah :
• Universalitas
• Aktualitas
• Periodisitas
• Publisitas
Fotografi oleh pers disebut jurnalistik foto (Journalism Photography), dan foto-foto yang dihasilkan untuk Pemberitaan disebut foto berita (press foto atau news foto).

MEMAHAMI FOTOGRAFI SILUET



MEMAHAMI FOTOGRAFI SILUET

Istilah siluet selalu mengacu pada bentuk luar sebuah benda tanpa memerhatikan detailnya sama sekali. Sebuah siluet biasanya terjadi karena sebuah benda membelakangi sumber cahaya. Dalam dunia fotografi, teknik siluet dipakai manakala pemotretan tidak memungkinkan untuk merekam detail lagi.

Kata ”siluet” berasal dari nama Menteri Perekonomian Perancis pada abad ke-18, Etienne de Silhouette. Dia gemar sekali menggunting profil wajah tampak samping teman- temannya. Akhirnya profil wajah manusia yang tampak dari samping itu disebut sebagai foto siluet.

Guntingan Silhouette dengan bahan kertas hitam tebal sangat populer di Perancis kala itu. Makin banyak orang yang minta diguntingkan profilnya oleh Silhouette. Perkembangan selanjutnya, foto apa pun yang hanya menampilkan profil luar atau kontur luar sebuah benda, bahkan benda mati sekalipun, lalu disebut siluet.

Melawan cahaya

Seperti telah disebut di alinea awal, foto siluet hanya bisa dibuat manakala ada cahaya kuat menghadap kamera. Akibatnya, pemotret tentu sulit merekam detail benda yang ada di antara kamera dan sumber cahaya yang ada.

Teknik siluet memang dipakai untuk mengatasi kesulitan merekam detail. Dan karena detail seakan diabaikan, sebagai kompensasi, bentuk kontur siluet yang ada haruslah jelas terekam dalam fotonya. Gestur orang atau bentuk benda yang dipotret harus langsung dipahami oleh orang yang melihat foto itu.


Bagaimana Menciptakan Foto Siluet

Teknik Fotografi - Pada artikel-artikel terdahulu, biasanya Kami selalu menganjurkan penggunaan flash pada saat memotret berlawanan dengan cahaya matahari guna memberikan cahaya yang cukup serta mengangkat struktur obyek foto, tetapi ada saat dimana membuat obyek foto tanpa detail sama sekali dan terlihat seperti hanya garis dengan latar belakang terang, dengan kata lain memotret siluet. Siluet merupakan suatu cara terbaik dalam menghasilkan foto yang mengandung drama, misteri, emosi, dan suasana pada penikmat foto Anda, dan seringkali menjadi foto yang paling menonjol dalam album foto karena kombinasi kesederhanaan, dan cerita yang disampaikan. Banyak fotografer yang menyukai foto siluet, karena foto itu tidak menggambarkan foto yang jelas tetapi hanya menggambarkan semacam imajinasi.



Tips atau strategi dasar untuk mendapatkan foto siluet adalah dengan menempatkan subyek atau bentuk yang ingin di "black-out" di depan sebuah sumber cahaya dan kemudian paksa kamera mengatur eksposure berdasarkan pada bagian terang / background bukan pada subyek utama foto. Dengan melakuan teknik fotografi diatas, akan menyebabkan subyek under-exposed (sangat gelap dan hitam).

Ada banyak sekali deskripsi teknik yang ada tentang bagaimana membuat foto siluet yang benar, tetapi cobalah baca ulasan dibawah ini tentang beberapa langkah awal untuk mendapatkan foto siluet. Pada dasarnya apa yang coba di ulas adalah bagaimana membuat kamera berpikir bahwa bagian yang paling terang adalah Point-of-Interest yang Anda inginkan.


1.            Pilihlah obyek yang kuat - Hampir semua obyek bisa dipergunakan sebagai foto siluet, tetapi beberapa lebih baik dari lainnya. Pilihlah obyek yang berkarakter kuat serta bentuknya mudah dikenali, itu akan membuat lebih menarik dalam bentuk dua dimensi dan membuat orang yang melihat foto lebih lama mendalami foto siluet Anda. Foto siluet tidak bisa menggambarkan warna, tekstur, dan tone subyek foto Anda, jadi bentuk memang harus menjadi ciri khas obyek.
2.            Matikan Flash - Mode pengaturan kamera otomatis pasti akan mengacaukan foto siluet yang akan Anda buat. Kamera dengan otomatis akan menambahkan flash pada obyek yang gelap dan tidak terkena cahaya. Rubah setting kamera ke manual, atau matikan flash Anda untuk mendapatkan foto siluet yang bagus (tetapi ada juga beberapa foto siluet yang menggunakan flash). 
3.            Pastikan cahaya dengan benar - Pada saat mengatur cahaya bagi subyek, Anda harus melupakan banyak sekali ilmu yang telah dipelajari di dunia fotografi umumnya, dan berpikirlah sedikit kebelakang. Dalam foto siluet Anda harus memastikan ada cukup cahaya bersinar di belakang obyek foto, dan bukan di depannya, dengan kata lain cahaya tersebut digunakan untuk menerangi bagian belakang obyek, dan bukan dari depan. Sebagai contoh foto siluet adalah menempatkan subyek foto di depan matahari terbit atau tenggelam, tetapi bisa juga Anda menggunakan sumber cahaya lain yang terang untuk mendapatkan foto siluet. 
4.            Framing - Lakukan framing pada jepretan Anda dengan menempatkannya di depan view yang menarik, tetapi dengan background yang terang. Background yang menarik bisa berupa langit tanpa awan yang cerah dengan pengaturan matahari. Posisikan cahaya paling terang di belakang subyek sehingga terkesan Anda sedang menyembunyikan sumber cahaya tersebut. 
5.            Buatlah bentuk siluet terpisah dan rapi - Jika terdapat lebih dari satu bentuk atau obyek di dalam gambar siluet yang ingin Anda tangkap, cobalah untuk memisahkan mereka, sebagai contoh: jika Anda ingin menangkap siluet sebuah pohon dan seorang anak kecil, maka jangan menempatkan anak kecil tersebut di depan pohon atau bahkan bersandar di bahwa pohon, hal ini akan menyatukan bayangan serta bentuk mereka dan berdampak penikmat foto akan sedikit kebingungan tentang bentuk apa itu sebenarnya. Ketika melakukan framing, mungkin Anda ingin memotret bentuk serta profil seseorang, untuk melakukan hal itu Anda harus lebih menonjolkan bentuk wajah mereka dari samping (hidung, mulut, mata) uraikan garis wajah mereka sehingga penikmat akan bisa mengenali wajah siapa yang Anda potret. 
6.            Mode Otomatis - Kamera kebanyakan sekarang ini memilki metering otomatis dimana mereka memiliki "sense" yang bagus untuk meng-ekspose sebuah foto sehingga semua elemen bisa terkena cahaya cukup. Permasalahannya adalah ketika kamera cukup pintar untuk melakukannya, maka pasti akan lebih memilih memberikan cahaya daripada membiarkan elemen tersebut "under-expose", dan Anda tidak akan mendapatkan foto siluet yang diinginkan, jadi Anda harus sedikit melakukan trik. Kamera kebanyakan bekerja dan mengukur tingkat eksposure secara otomatis pada saat tombol shutter ditekan setengah, dan itu berarti pada saat mencari auto fokus. Arahkan kamera pada titik paling terang pada gambar Anda dan kemudian tekan tomboh shutter separuh dan jangan lepaskan, kemudian rubah arah kamera kembali ke frame pada subyek foto Anda dan tekan tombol shutter sepenuhnya. Teknik foto siluet ini bisa bekerja pada kamera kebanyakan DSLR. Teknik ini bisa berarti menipu kamera Anda dengan pemikiran bahwa bagian paling terang pada gambar merupakan mid-tone jadi semua yang lebih gelap darinya akan dianggap sebagai bayangan gelap. Beberapa digital kamera juga memiliki pengaturan metering spot dan centered, gunakan pengaturan metering tersebut, dan itu akan membantu Anda dalam mengaplikasikan teknik diatas. 
7.            Mode Manual - Jika teknik dengan menggunakan mode otomatis tidak berhasil, dan kamera digital Anda mendukung fitur pengaturan eksposure secara manual atau exposure compensation, maka cobalah bereksperimen dengan fitur tersebut. Keindahan fotografi digital adalah Anda bisa melakukan eksperimen serta ujicoba pada sebuah bidang fotografi sampai mendapatkan hasil yang sempurna. Sebuah cara yang paling sederhana dengan menggunakan mode manual adalah memulai dengan melihat shutter-speed serta aperture yang disarankan oleh mode otomatis kamera. Jika pada auto mode subyek didapati terlalu terang dan Anda ingin lebih gelap, turunkan shutter speed sebanyak satu atau dua stop dan lihat bagaimana dampaknya. Anda juga bisa menggunakan teknik 'bracketing' untuk mendapatkan beberapa foto dengan tingkat exposure yang berbeda. 
8.            Focus - Pada kebanyakan kasus, Anda tentu ingin subyek yang disiluetkan adalah fokus dari keseluruhan foto, jika demikian maka teknik atau proses yang diuraikan pada nomor 4 akan menjadi sedikit kompleks dimana Anda mendapatkan siluet dengan mengarahkan kamera ke titik paling terang, dan kemudian mengarahkan ke subyek. fokus akan berada pada titik paling terang pertama kali kamera diarahkan. Untuk menyiasati hal ini Anda bisa menggunakan Dua strategi, pertama jika kamera Anda memiliki fokus manual cobalah menggunakan prefokus sebelum melakukan metering. Cara yang kedua adalah menggunakan aperture untuk memaksimalkan depth-of-field (semua elemen foto akan lebih terfokus). Aturlah pada aperture terkecil (bilangan besar) untuk meningkatkan depth-of-field, hal ini berarti Anda akan mendapatkan foreground dan background yang detil.


April 14, 2013

Macam macam lensa



Digunakan untuk mengimbangi setting kecepataan bukaan rana sangat rendah di badan kamera.

Lensa makro


Lensa makro (en:macro lens) adalah lensa yang didesain untuk panjang fokus (en:focus distance) yang sangat pendek. Lensa ini khusus digunakanuntuk menangkap detail maksimal dari suatu objek. Banyak digunakan untuk foto-foto produk dan sains.
Lensa fokus tunggal (en:fixed focus lens) adalah lensa dengan bidang fokus tunggal, biasanya disetel pada jarak hiperfokal. Lensa fokus tunggal didesain untuk mencapai jarak fokal (en:focal distance) yang maksimum sehingga kedalaman ruang dapat mencapai rentang dari jarak dekat hingga jarak terjauh (jarak hiperfokal).

Lensa parfokal

Lensa parfokal (en:parfocal lens, true zoom lens) adalah sebuah lensa yang mempertahankan ketajaman bidang fokusnya walaupun terjadi perubahan panjang fokus lensa.

Lensa fokus halus


Lensa fokus halus (en:soft focus lens) adalah lensa dengan aberasi speris.
Soft focus adalah sebuah efek pada fotografi yang disebabkan oleh blur akibat aberasi speris kanta. Sebuah lensa fokus halus didesain untuk menimbulkan efek blur tersebut namun tetap menjaga ketajaman setiap garis dari subyeknya. Efek soft focus yang ditimbulkan oleh lensa ini tidak sama dengan efek out of focus yang disebabkan posisi subyek di luar bidang fokus.

Contoh lensa fokus lunak adalah Canon EF 135mm f/2,8 with Softfocus dan Pentax SMC 28mm f/2,8 FA Soft Lens. Keduanya dilengkapi dengan sistem pengaturan aberasi speris, jika aberasi speris tersebut dimatikan, lensa akan menghasilkan citra dengan fokus yang tajam seperti lensa lain pada umumnya.

Lensa sudut lebar

Lensa sudut lebar (en:wide angle lens) adalah lensa dengan panjang fokus lebih pendek daripada lensa normal, sesuai dengan ukuran bingkai citra pada bidang film pada kamera film, maupun dimensi sensor foto pada bidang fokal pada kamera digital.Menurut standar fotografi, lensa normal adalah lensa yang mempunyai panjang fokus mendekati panjang diagonal bidang fokal. Lensa sudut lebar dengan panjang fokus yang lebih pendek akan memproyeksikan lingkaran citra yang lebih besar ke bidang fokal.


Lensa mata ikan (en:fisheye lens) adalah lensa sudut lebar dengan sudut pandang hemisperis yang sangat lebar. Lensa mata ikan pertama kali didesain dan dikembangkan guna kepentingan meteorologi untuk mempelajari barisan awan dan pertama kali disebut whole-sky lenses, lensa mata ikan menjadi populer pada fotografi umum karena distorsi citranya yang khas.

Lensa tele




Lensa Tele (en:telephoto lens) adalah lensa dengan konstruksi panjang yang lebih pendek daripada panjang fokusnya sehingga mengakibatkan pusat optis (en:optical center) berada di luar badan lensa. Sebuah lensa tele dapat dikenali dengan adanya susunan kanta yang disebut telephoto group yang didesain untuk jarak fokus (en:focal length) yang jauh. Telephoto group adalah kanta komposit yang ditemukan oleh Peter Barlow. Sebuah lensa regular yang mempunyai panjang lensa lebih pendek daripada panjang fokusnya, tidak selalu berupa lensa tele. Tetapi pada kenyataan sebuah lensa dengan panjang fokus di atas 280mm selalu dikatakan lensa tele.
Jika sebuah lensa kamera berada pada panjang fokus 200mm dan terfokus ke jarak tak terhingga, exit pupil tersebut berada pada jarak 200mm dari bidang fokal dan pupil tersebut menjadi pusat optis lensa. Ketika panjang fokus lensa ini bertambah, panjang fisik badan lensa akan bertambah panjang jika lensa ini bukan lensa tele. Namun tidak demikian dengan lensa tele, susunan kanta telephoto group membuat cahaya yang dilewatkan oleh kata depan, seakan-akan berasal dari kata dengan panjang fokus yang sangat panjang sebelum diteruskan ke bidang fokal karena sifat fokus negatif.

Lensa tele terberat yang pernah ada, dibuat oleh Carl Zeiss dengan panjang fokus 1700mm f/4 dengan panjang badan lensa 425mm dan berat 256 kg. Didesain untuk kamera medium format Hasselblad 203 FE.

Lensa variabel

 


Lensa variabel (en:varifocal lens, zoom lens) adalah lensa yang tidak dapat mempertahankan bidang fokus pada saat terjadi perubahan panjang fokus karena posisi bidang fokal juga ikut tergeser, sehingga diperlukan pemfokusan ulang setiap terjadi perubahan panjang fokus.
Panjang fokus dari lensa variabel tidak tunggal, tetapi dapat diubah-ubah pada rentang tertentu dari nilai minimum ke nilai maksimumnya. Ukuran lensa variabel sering ditentukan dengan rasio dari panjang fokus lensa yang terpanjang dan terpendek, misalnya sebuah lensa dengan panjang fokus 100mm ke 400mm, dijelaskan sebagai 4:1 atau 4x zoom
Dengan teknologi pengembangan lensa yang modern, degradasi mutu citra yang dihasilkan  oleh lensa variabel, dibandingkan dengan lensa prima, sangatlah minim. Hal ini berbeda dengan sekitar 20 tahun yang lalu, ketika dengan pertimbangan untuk mempertahankan mutu citra, banyak fotografer profesional saat itu memilih untuk bekerja dengan tidak mengandalkan lensa variabel. Walaupun demikian, masih dikatakan bahwa hingga tahun 2009, belum ada lensa variabel dengan ukuran di atas 3x yang dapat menandingi lensa prima dalam hal mutu citra. Tentu hal ini bergantung juga pada kepiawaian seorang fotografer dalam mengatur cahaya, mempertahankan stabilitas kamera dari goncangan selama waktu pajanan dan olah digital.









Lensa superzoom (en:superzoom lens, hyperzoom lens) adalah lensa fotografi dengan faktor panjang fokus (en:focal length
factor) yang sangat besar, lebih besar dari 4x.
Faktor panjang fokus dapat berkisar hingga 15x zoom pada kamera refleks lensa tunggal dan 26x pada kamera digital, hingga 100x pada kamera televisi profesional.



Lensa tetap (en:prime lens) adalah lensa dengan panjang fokus tunggal. Lensa tetap sering dikatakan mempunyai nilai lebih pada ketajaman hasil citra. Dengan ukuran yang lebih kecil, lensa tetap mempunyai bobot yang lebih ringan dan harga yang lebih murah dibandingkan dengan lensa zoom pada mutu yang sama. Lensa prima juga mempunyai kelebihan pada kecepatan lensa dan dengan diameter tingkap yang besar (nilai bukaan yang kecil), sebuah lensa tetap menjadi lebih handal untuk digunakan pada pemotretan low light photography dan menimbulkan efek blur dengan kedalaman ruang yang rendah.
Dalam bahasa Inggris, istilah prime dalam konteks lensa telah digunakan sebagai lawan kata zoom. Sebuah lensa prima dengan panjang fokus tunggal dan lensa zoom dengan panjang fokus variabel.

Ambiguitas



Istilah prime lens pada awalnya mempunyai arti lensa utama pada sebuah kombinasi sistem lensa.[12] Ketika sebuah lensa digunakan bersamaan dengan misalnya teleconverter, lensa tersebut sering disebut prime lens yang berarti lensa yang utama, dan teleconverter sebagai komponen tambahan (en:auxiliary).

Beberapa pabrikan lensa seperti ARRI Media, ISCO Precision Optics[14], Schneider Kreuznach[15], Carl Zeiss[16], Canon[17] masih memasarkan produk lensa variabel mereka dengan istilah variable prime sehingga dapat menimbulkan kesan seakan-akan produk tersebut berupa lensa parfokal.

Lensa normal

 

Dalam fotografi dan sinematografi, lensa normal (en:normal lens) adalah sebuah lensa yang memetakan citra yang nampak seperti perspektif pandang normal mata manusia. Pemetaan perspektif tersebut didapat karena panjang fokus lensa sebanding dengan jarak diagonal bidang fokal dengan sudut pandang diagonal sekitar 53 derajat.

Perspective Correction Lens


Sering juga disebut lensa arsitektur. Lensa ini memperbaiki efek perspektif yang selalu terjadi jika memotret benda tiga dimensi dalam jarak relatif dekat.

Perbedaan penggunaan lensa memberikan perbedaan perspektif. Perspektif adalah ukuran dan kedalaman relatif subjek dalam gambar. Perspektif juga bisa berarti perubahan bentuk, ukuran, dan kedalaman bidang yang relatif akibat perbedaan cara pandang antara objek dengan kamera. Perbedaan tersebut terjadi karena ada pergeseran posisi dalam melihat sesuatu dari sudut pandang, jarak, dan ketinggian yang tidak sama maupun penggunaan lensa dengan focal length yang berbeda.

maupun penggunaan focal length yang berbeda memberikan perspektif yang berbeda pula. Sehingga,penggunaan berbagai jenis lensa memiliki fungsi yang berbeda. Seiring dengan perkembangan optik dan teknologi, variasi lensa menjadi begitu banyak. Hingga saat ini lensa DSLR dibagi dalam tiga kategori besar. Yaitu,

(1) lensa dibedakan berdasar focal length,
(2) rentang optik, dan 
(3) lensa varian.

Macam lensa berdasar panjang fokus terdiri atas lensa tele (tele pendek dan supertele), lensa wide (super-wide dan fish eye), serta lensa normal (standar). Sedangkan lensa berdasar rentang optis terdapat dua macam, yaitu lensa fix dan zoom. Yang terakhir, lensa varian terdiri atas lensa makro, reverse lens, bellow, swing, tilt, dan reflex. Disebut lensa standar atau lensa normal karena memiliki panjang fokus sekitar 50 mm, sama dengan mata manusia saat melihat. Perbedaan mata dengan lensa Penggeseran posisi normal itu hanya terletak pada sudut pandang. Mata manusia hampir 180 derajat dalam melihat sesuatu dari depan. Sedangkan penglihatan lensa standar dibatasi jendela bidik kamera yang punya sudut pandang 46 derajat. 

Namun, sekarang lensa normal tidak hanya memiliki focal length pada nilai 50 mm, melainkan berkembang mulai 46 mm hingga 55 mm. Penyebutannya jadi sulit ketika memakai lensa dengan focal length sekitar 40 mm. Meskipun, pada lensa 35 mm ada kesepakatan disebut lensa sudut lebar atau wide lens. 

Kini lensa normal mengalami pergeseran penyebutan sejak diperkenalkannya kamera digital. Misalnya kamera digital yang tidak full frame dengan magnifikasi 1,5 maupun kamera four third system. Apakah masih relevan penyebutan bahwa lensa 50 mm termasuk kategori lensa normal? Padahal, angka focal length 50 mm dengan magnifikasi 1,5 lensa akan berubah menjadi 75 mm. Berarti, lensa tersebut mendekati jenis lensa tele pendek.

Demikian juga yang terjadi pada four third system, di mana panjang focal 50 mm menjadi 100 mm.aka, mana yang benar, penggunaan angka yang tertera pada lensa ataukah bergantung jenis lensanya? Sebab, tidak semua kamera punya faktor magnifikasi yang sama. Ada yang puny Ma pembesaran 1,3 seperti Canon EOS 1D, ada magnifikasi 1,6 milik entry level kamera Canon yang lain ataukah faktor pembesaran 1,5 milik Nikon kelasmenengah atau pemula. Sedangkan lensa wide memiliki focal length kurang dari 50 mm, lebih tepatnya focal length 35 mm pada kamera full frame. Sifat lensa sudut lebar adalah meluaskan pandangan atau memberikan kesan menjauhkan sesuatu yang dekat. Selain itu, memberikan ruang tajam dan luas, efek bayangan, serta kontras yang tinggi. Tetapi, lensa lebar Sehingga, lensa wide (lebar) lingkungan foreground tampak lebih lebar daripada background.

Lain halnya dengan lensa tele. Fungsinya adalah mendekatkan objek dengan merapatkan gradasi lapisan pada latar depan sampai latar belakang sehingga memiliki ruang tajam pendek. Benda yang berada jauh di belakang seakan berimpit. Semakin panjang focal length, makin sempit ruang tajamnya.
Sekarang banyak juga produk lensa yang menggabungkan wide, normal, dan tele dalam satu kesatuan. Tetapi, lensa yang punya rentang focal length panjang seperti 18-200 mm tersebut memiliki kecenderungan penurunan kualitas foto. Pemakaian focal length mendekati angka 18 mm akan terlihat tajam dengan kontras tinggi. Bila mendekati panjang fokus 200 mm, foto cenderung mengalami penurunan ketajaman dan warna.

memberikan efek distorsi yang mencembungkan daerah sekitar lingkaran tengah dan memipihkan bagian pinggir foto.

Sejarah fotografi

Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat. Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure). Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO. Daftar isi 1 Sejarah fotografi 2 Klasifikasi 3 Jenis Kamera 4 Medium foto 5 Tokoh fotografi 6 Referensi 7 Lihat pula Sejarah fotografi Kronologi perkembangan fotografi dimulai dengan: Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce pada tahun 1826.[1] Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839 Citra berwarna yang pertama, Maxwell, 1861 Foto berwarna yang pertama dibuat oleh Louis Ducos du Hauron pada tahun 1877. High speed photography, Muybridge, 1878 Citra hasil pemindaian komputer digital, 1957 1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.[1] 1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama,[1] yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam. 1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru. 1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype. 1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype. 1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer. 1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid. 1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card) 1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell. 1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography. 1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin. 1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah sensitometri. 1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor kuda yang berlari. 1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan. 1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang pertama. 1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto. 1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures). 1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe. 1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak. 1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie. 1901 – Kodak memperkenalkan 120 film. 1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah citra menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos digunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922. 1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama. 1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film. 1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial, ditemukan. 1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film. 1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui gelombang radio. 1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography. 1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography. 1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney. 1934 – Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan. 1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama. 1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama. 1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film. 1939 – Agfacolor membuat "print" film modern yang pertama dengan materi warna positif/negatif. 1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer. 1942 – Kodacolor memasarkan "print" film Kodak yang pertama. 1947 – Dennis Gabor menemukan holography. 1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika Serikat. 1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan. 1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid. 1952 – Era 3-D film dimulai. 1954 – Leica M diperkenalkan. 1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama. 1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch di U.S. National Bureau of Standards (sekarang bernama National Institute of Standards and Technology, NIST). [2] 1959 – Nikon F diperkenalkan. 1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima. 1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic. 1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan. 1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom. 1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD color image sensor. 1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama. 2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti. 2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat itu. 2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital. 2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.[2]

Teknik fotografi

1. Depth of field (ruang tajam) Hal-hal yang mempengaruhi ruang tajam: -Jarak pemotretan (jauh=luas, dekat=sempit) -Bukaan diafragma (kecil=luas, besar=sempit) -Jarak fokus lensa /focal length (tele=sempit, wide=luas, normal=bisa diatur) http://hermawayne.blogspot.com Contoh foto dengan teknik depth of field 2. Panning -Panning adalah salah satu cara untuk memberikan kesan gerak pada foto. -Ketika melakukan panning, anda harus mengikuti objek selama membidik. -Hasil foto menjadikan objek menjadi relatif tajam dibandingkan dengan backgroundnya yang hampir sepenuhnya blur. -Untuk mendapatkan foto panning secara maksimal; dengan speed rendah (8-60), dan pakailah tripod (kaki tiga). http://hermawayne.blogspot.com Contoh foto dengan teknik panning 3. Slow & stop action -Slow action : salah satu teknik fotografi yang bertujuan memperlihatkan/menangkap gerakan objek. Biasanya digunakan kecepatan rendah, antara 1/30 sampai 1 detik -Stop action : kebalikan dari slow, yaitu teknik fotografi untuk bertujuan membekukan gerak objek. Biasanya digunakan kecepatan tinggi, antara 1/125 sampai 1/4000 atau lebih. http://hermawayne.blogspot.com Contoh foto dengan teknik slow action Data teknis: -Kamera : Nikon FM10 -Lensa : 35 – 70 mm -Speed : 8 -Diafragma : 3,5 -ASA : 200 -Lokasi : TBS http://hermawayne.blogspot.com Contoh foto dengan teknik slow action Kamera : Canon 30D, speed : 10, diapragma : 5,6 ASA: 1600 http://hermawayne.blogspot.com Contoh foto dengan teknik stop action Data teknis: -Kamera : Nikon D100 Digital -Lensa : 28 – 105 mm Nikkor D -Speed : 125 (with soft box) -Diafragma : 16 -ASA : 200 4. Zooming -Zooming adalah teknik foto untuk memberikan kesan gerak dengan mengubah panjang fokus lensa. -Perubahan panjang fokus hanya dapat dilakukan dengan lensa zoom. -Untuk mendapatkan kesan gerak, anda harus menggunakan kecepatan rana tidak lebih dari 1/30 detik. -Untuk mendapatkan foto zooming secara maksimal, pakailah tripod (kaki tiga) Data teknis: -Kamera : Nikon D100 Digital -Lensa : 28 – 80 Nikkor D -Speed : 5 (with flash) -Diafragma : 3.5 -ASA : 400 -White balance : flash http://hermawayne.blogspot.com Contoh foto dengan teknik zooming 5. Bulb -Kecepatan rana dapat diatur sesuai dengan waktu yang kita inginkan. -Teknik ini dilakukan dengan menahan tombol pelepas rana dengan lebih lama. -Untuk mendapatkan hasil foto bulb secara maksimal, dapat digunakan kabel release dan tripod. -Misal, kita mempergunakan kecepatan 30 detik sampai habis waktu perekaman cahaya. http://hermawayne.blogspot.com Contoh foto dengan teknik bulb